SEJARAH PEMBANGUNAN MONUMEN PERJUANGAN SONBAI

SEJARAH PEMBANGUNAN MONUMEN PERJUANGAN SONBAI

Oleh : Sonny Pellokila

Monumen perjuangan Sonbai didirikan atas ide Gubemur Provinsi Nusa Tenggara Timur, El Tari. Monumen ini didirikan pada tahun 1976 dengan maksud untuk menanamkan rasa patriotisme bagi generasi muda dan untuk mengenangkan perjuangan Sobe Sonbai III melawan Belanda. Selain itu, monumen ini berfungsi sebagai suatu upaya untuk memperindah penampilan Kota Kupang.

Sehubungan dengan ide atau rencana tersebut kemudian diadakan persiapan seperlunya, mencakup biaya pendirian monumen, penetapan lokasi monumen, desain monumen dan waktu pelaksanaan. Biaya pendirian monumen diusahakan dari para dermawan. Lokasi monumen ditetapkan pada lokasinya sekarang ini, yaitu diantara Jalan Kosasih, Jalan Soekarno, Jalan Urip Sumohardjo, Jalan Moh. Hatta dan Jalan Tompello. Gambar atau desain monumen diserahkan kepada pematung muda berbakat bernama Buche Samuel Huandao. Gambar atau desain monumen diselesaikan dalam jangka waktu tiga hari tanpa biaya khusus. 

Sambutan para dermawan terhadap ide tersebut ternyata sangat positif sehingga tenggang waktu antara lahirnya ide dan pelaksanaannya amatlah singkat. Karena segala hal yang diperlukan untuk pembangunan monumen perjuangan Sobe Sonbai III dinilai telah rampung, maka pembangunannya pun segera dimulai.

Pada bulan Mei 1976, dimulailah pembangunan monumen dengan terlebih dahulu diadakan upacara peletakan batu pertama yang dilakukan oleh Sekretaris Wilayah Daerah Tingkat I Propinsi Nusa Tenggara Timur, Soejono Hartojo, SH sekaligus menjadi ketua Panitia pembangunan monumen tersebut. Upacara peletakan batu pertama dihadiri oleh Muspida Daerah Tingkat I Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Kabupaten Kupang serta para undangan lainnya yang berjumlah ± 50 orang. 

Tinggi patung perjuangan Sobe Sonbai III jika diukur dari dasar sampai ke puncaknya tercatat 7 m, sedangkan badan patung lebamya 3 m. Lebar patung makin ke atas semakin kecil. Patung Sobe Sonbai III berbentuk persegi empat dengan susunan sebagai berikut : (1) Kaki patung atau dasar patung, berbentuk persegi empat dengan ukuran panjang 3 m dan lebar 3 m; (2) Badan patung juga berbentuk persegi empat, makin ke atas semakin kecil; (3) Puncak patung berbentuk manusia; dalam hal ini Sobe Sonbai III sedang menunggang kuda.

Kegiatan pembangunan monumnen perjuangan Sobe Sonbai III dikoordinasi langsung, oleh Sekretaris Wilayah Daerah Tingkat I Provinsi Nusa Tenggara Timur (Soejono Hartojo, SH). Pekerjaan sehari-hari dilakukan oleh 7 orang tenaga kerja termasuk pematung muda berbakat Buche Samuel Huandao. Pekerjaan pembangunan monumen ini memakan waktu tiga bulan lamanya. Menjelang akhir bulan Juli 1976, pembangunan monumen perjuangan Sobe Sonbai III dinilai telah rampung, sehingga pada tanggal 31 Juli 1976, sudah dapat diresmikan, ditandai dengan pembukaan selubung dan penandatanganan prasasti oleh Gubemur Daerah Tmgkat I Provinsi Nusa Tenggara Timur El Tari. 

Acara peresmian diadakan tepat pada tanggal 31 Juli 1976 malam hari. Acara ini dihadiri oleh Muspida Daerah Tingkat I Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Kabupaten Kupang, para undangan, dan masa rakyat yang berjumlah kurang lebih 5.000 orang. Hadir pula dalam upacara tersebut para guru di seluruh Kupang. Dalam sambutannya Gubemur El Tari menyampaikan terima kasih kepada para dermawan yang dengan suka-rela telah membantu terlaksananya pembangunan monumen tersebut dan memberikan penghargaan kepada para pekerja yang dengan tekun telah menyelesaikan pekerjaan yang benilai historis dan artistik dalam jangka waktu relatif singkat. Kepada generasi muda diharapkan agar mempedomani cita-cita dan semangat juang Sobe Sonbai III dalam menentang kolonialisme dan imperialisme, sedangkan kepada para guru diharapkan agar menanamkan semangat patriotisme kepada murid-muridnya seperti yang ditunjukkan oleh Sobe Sonbai III dalam perjuangannya.

Keseluruhan biaya pembangunan monumen perjuangan Sobe Sonbai III diperoleh dari para donatur di seluruh Kupang di bawah koordinasi Firma Apola (Yap I Tjao atau Yapi Yapola). Biaya pembangunan monumen perjuangan Sobe Sonbai III adalah sebesar Rp. 4.600.000,¬ (Empat juta enam ratus ribu rupiah), dengan perincian sebagai berikut : (1) Pembelian bahan bangunan sebesar Rp. 2.850.000; (2) Biaya pengangkutan bahan bangunan sebesar Rp. 250.000; (3) Upah kerja pematung dan tenaga pembantu Rp. 1.500.000, Di sekeliling badan monument dipahat relief perang menggambarkan orang-orang sedang berperang dengan memegang pedang, tombak, bedil (senapan). Di antaranya ada yang menunggang kuda dan ada pula yang berjalan kaki. 

Pada sisi sebelah timur terdapat relief bintang berkaki 5 dengan cat berwama keemasan. Di bawah bintang terdapat sebuah prasasti bertuliskan: Monumen Pahlawan SONBAI Diresmikan oleh Bapak Gub : KDH TK I NTT Pada Tgl 31 Juli 1976. 

Beberapa sumber lain mengatakan bahwa awalnya pada prasasti tersebut tertulis Monumen Perjuangan Sonbai, bukan Monumen Pahlawan Sonbai dan nama Yapi Yapola sebagai penggagas dan penyandang dana pembangunan monumen/patung Sonbai ikut tertulis pada prasasti yang ditandatangani Gubernur El Tari saat itu. Sayangnya beberapa tahun kemudian, prasasti tersebut dipugar dan nama Yapi Yapola dihapus. Dari pernyataan diatas diduga bahwa pada prasasti awal terdapat tanda tangan Gubernur El Tari dan nama beberapa orang yang dianggap sebagai pelopor pembangunan monument tersebut. Dengan demikian tulisan yang tertera pada prasasti monumen tersebut saat ini, diduga tidak sesuai dengan aslinya. 

Sesuai fungsinya, monumen bukan sekedar dibangun untuk memperingati perjuangan Sobe Sonbai III namun monumen tersebut berfungsi sebagai suatu upaya untuk memperindah penampilan Kupang. 

ADA DUA (2) HAL YANG TIDAK DIMENGERTI PADA TULISAN YANG TERTERA DI PRASASTI MONUMEN SONBAI SAAT INI

Terdapat 2 hal yang tidak dimengerti pada prasasti monumen tersebut. Pertama kata “Pahlawan” dan kedua adalah kata “Sonbai”. Pada tahun 1976, belum ada suatu produk hukum dari pemerintah pusat yang menyatakan bahwa “Sobe Sonbai III” adalah “pahlawan”. Penetapan pahlawan nasional menjadi kewenangan pemerintah pusat dan tidak ada istilah tentang “pahlawan daerah” dari sisi regulasi. Sejauh ini, pahlawan nasional yang berasal dari NTT hanya I.H. Doko, Prof. Dr. W.Z. Johannes dan Prof. Herman Johannes.

Kata “Sonbai” yang tertulis pada prasasti monumen Sonbai mengandung makna yang bersifat general atau umum. Bahkan jika ingin menggali sejarah tentang “Sonbai” maka kita harus berbicara mulai dari kelahiran kerajaan “Sonbai” pada abad 16 sampai masa berakhirnya kerajaan tersebut pada abad 20. Pengertian “Sonbai” memiliki 3 dimensi. Dimensi pertama adalah asal mula nama “Sonbai”, dimensi kedua adalah “Sonbai” sebagai nama gelar yang digunakan bagi kaisar dari Sonbai Besar dan dimensi ketiga adalah nama “Sonbai” yang digunakan bagi klan bangsawan. Terdapat banyak penulisan tentang kata “Sonbai”. Dalam beberapa referensi, terutama yang berasal dari Belanda, kata “Sonbai” sering ditulis dengan "Sonnebait", Sonnebay, Sonbay, Sonbait, Sonba’i, dan lain-lain. 

Sobe Sonbai III adalah Kaisar terakhir dari Sonbai Besar yang dikenal paling gigih menetang penjajah di pulau Timor. Sobe Sonbai III memimpin kerajaan Oenam di Kauniki pada 1885-1906. Sang Kaisar meninggal pada tahun 1922 di penjara lama Fontein, Kupang. Perkawinannya dengan Bi Tau Suan tidak memperoleh keturunan. 

Penulisan nama “Sonbai” pada prasasti monumen Sonbai dianggap tidak menggambarkan tentang Sobe Sonbai III. Jika orang yang memahami sejarah, tentunya tidak sulit menebak tulisan tersebut, bahwa sebenarnya yang dimaksud dengan “Sonbai“ adalah “Sobe Sonbai III”. Namun bagi orang yang awam tentang sejarah tentunya masih meraba-raba siapa ini “Sonbai”? dan Sonbai yang mana yang dimaksud pada prasasti tersebut?. 

Nama “Sobe Sonbai” atau “Sobe Sonbai I” muncul pertama kali pada tahun 1752. “Sobe Sonbai I” adalah nama gelar yang diberikan kepada kaisar “Dom Bernardo” yang memimpin kerajaan Oenam (Sonbai Besar) pada 1752-1760. Kemudian salah satu putra dari “Sobe Sonbai I” memimpin kerajaan tersebut pada 1819-1867 dengan gelar “Sobe Sonbai II”. Pada tahun 1885-1906, salah satu cucu dari “Sobe Sonbai I” atau salah satu putra dari “Sobe Sonbai II” memimpin kerajaan Oenam (Sonbai Besar) dengan gelar “Sobe Sonbai III”. Inilah yang membinggunkan bagi orang awam tentang sejarah, apakah nama “Sonbai” yang  tertulis pada prasasti monumen Sonbai adalah Sonbai I atau Sonbai II atau Sonbai III. 

Sumber :

1981, I.H. Doko. Pahlawan-Pahlawan Suku Timor

1986, M.M. Koehuan, F.R. Lobo, M.J. Tokoh dan A.M. Zesi. Monumen Perjuangan di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

2012, Hans Hagerdal. Lord of the land, Lord of the sea. Conflict and adaptation in early colonial Timor, 1600-1800.

2019, Jumal Hauteas. Penggagas Dan Pembangun Patung Sonbai Itu Telah Pergi dalam media online Victory News.

Tags

Top Post Ad

Copyright © 2022 By Media Kota News.com | Powered and Design By Media Kota News.com